Psikologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata :
Psyche : Jiwa.
Logos : Ilmu.
Ilmu
Jiwa / segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kejiwaan Manusia, merupakan
terjemahan belaka dari istilah Psikologi.
Ilmu jiwa digunakan dalam arti yang luas dari
pada istilah Psikologi.
Ilmu jiwa meliputi segala pemikiran, pengetahuan,
tanggapan, serta khayalan dan spekulasi mengenai jiwa.
Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang
diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syarat
seperti yang dimufakati para sarjana Psikologi pada saat ini.
Istilah Psikologi
menunjukkan pada ilmu pengetahuan yang sekaligus bercorak ilmu rohaniah, ilmu
eksata, dan ilmu sosial jaman modern.
Sedangkan Psikologi
sosial, menguraikan tentang kegiatan-kegiatan
manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,
situasi masa, dsb.
Obyek dari Psikologi adalah manusia
yang dipengaruhi oleh alam sekitarnya, dimana manusia secara hakiki merupakan
makhluk sosial, karena sejak lahir ia membutuhkan pergaulan dengan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan biologis,
makan, minum, maupun kebutuhan lain.
1.
Beberapa Pandangan Filsuf.
a. Plato.
Pendapat para filsuf utama mengenai jiwa manusia pada jaman itu (+ 400
tahun SM) berpendapat bahwa jiwa manusia itu terbagi atas dua bagian :
1) Jiwa rohaniah.
2) Jiwa badaniah
Jiwa rohaniah tidak pernah akan mati dan berasal dari dunia abadi,
sedangkan jiwa badaniah akan gugur bersama-sama dengan raga manusia.
Jiwa rohaniah berpokok kepada RASIO
dan LOGIKA manusia, dan merupakan jiwa yang
tertinggi.
Jiwa badaniah berpokok kepada KEMAUAN
dan NAFSU PERASAAN.
Kemauan jiwa
badaniah berusaha untuk mentaati rasio kecerdasan, sedangkan nafsu perasaan
merupakan jiwa badaniah yang senantiasa melawan ketentuan-ketentuan dari rasio
kecerdasan manusia.
Dengan
demikian, maka jiwa manusia mempunyai 3 (tiga) macam daya/kemampuan, yaitu :
1)
Kecerdasan.
2)
Kemauan.
3)
Nafsu daya perasaan.
Setiap
kemampuan melahirkan Kebajikan-kebajikan yang khas yaitu :
1)
Kecerdasan ialah budi.
2)
Kemauan ialah keberanian.
3)
Perasaan/nafsu ialah kesederhanaan.
b. Aristoteles.
Ilmu jiwa
adalah ilmu mengenai gejala-gejala hidup, sehingga setiap makhluk yang hidup
itu sebenarnya mempunyai jiwa.
Terdapat
3 (tiga) taraf tingkatan macam jiwa :
1) Taraf paling rendah dimiliki oleh jiwa
tumbuh-tumbuhan (jiwa vegetatif).
2) Selanjutnya terdapatlah jiwa hewan atau
(jiwa sensitif).
3) Dan akhirnya terdapatlah jiwa manusia
atau
(jiwa Intelektif).
yang mempunyai taraf kehidupan yang
tinggi.
Pembagian taraf didasarkan atas taraf daya
kemampuan masing-masing jiwa yang meliputi :
Jiwa vegetatif yang terendah itu hanya berkemampuan :
1)
Memperoleh dan mencernakkan makanan.
2)
Berkembang biak.
Jiwa sensitif,
disamping kemampuan yang dimiliki jiwa vegetatif, dengan khusus
berkemampuan :
1)
Bernafsu/perasaan.
2)
Dapat bergerak dari tempatnya.
3)
Dapat mengamati.
Jiwa manusia/jiwa intelek, selain dari yang tertera diatas (kemampuan jiwa-jiwa
lainnya tadi) mempunyai daya kemampuan yang khas baginya, yaitu :
1)
Ia bekecerdasan.
2)
Ia berkemauan.
Mempunyai rasio kecerdasan
dan kemauan itulah yang menjadi kemampuan-kemampuan yang khas dari jiwa
manusia.
c. Descartes.
Seorang Filsuf
Kenamaan lainnya berpendapat bahwa: Ilmu Jiwa
adalah Ilmu pengetahuan mengenaiGejala-gejala
Pemikiran / Gejala-gejala kesadaran manusia.
Psikologi
memahami jiwa dan raga manusia secara keseluruhan.
Setiap
kegiatan Psikis disertai pula okleh kegiatan fisik/ Fisiologi.
Hubungan
jiwa dan raga yang begitu eratnya, sehingga tekanan jiwa yang kuat, dapat
mempengaruhi kesehatan badan, penyakit Psyhogeenkl;.
d. John Locke.
Seorang
filsuf lainnya yang pendapatnya cukup penting dalam perkembangan ilmu jiwa.
John
Locke (1632-1704) orang Inggris yang
menjadi pendahulu dari aliran ilmu jiwa Filsafat yang disebut aliran Aliran: Ilmu jiwa Asosiasi.
Asosiasi
dalam ilmu jiwa berarti gabungan/hubungan antara antara dua atau lebih
tanggapan, ingatan yang sedemikian erat, sehingga apabila kita pikirkan
tanggapan yang satu, maka dengan sendirinya timbul pikiran tanggapan kedua,
yang terasosiasi pada tanggapan pertama.
John Locke berpendapat :
1) Semua pengetahuan, tanggapan dan
Perasaan karena pengalaman melalui alat
Inderanya.
2) Susunan gejala-gejala jiwa manusia,
pada
akhirnya terdiri atau unsur-unsur
pengalaman sederhana yang mengga-
bung kan diri menjadi gejala-gejala
jiwa
yang lebih kuat.
2.
Hakekat Psikologi Sosial.
Pada
Hakekatnya Psikologi Sosial adalah cabang dari ilmu pengetahuan tentang
Psikologi.
Psikologi
dapat digolongkan menjadi dua :
a. Psikologi Umum.
Yaitu
menguraikan dan menyelidiki
kegiatan-kegiatan Psikis pada umumnya
dari manusia biasa yang normal,
termasuk
kegiatan-kegiatan pengamatan,
inteligensi,
perasaan, kehendak, motif-motif, dan
seterusnya.
Psikologi Umum mencari dalil-dalil umum.
Dari kegiatan tersebut, akan melahirkan
teori-teori Psikologi.
b. Psikologi Khusus.
Yaitu menguraikan dan menyelidiki segi-
segi khusus dari kegiatan psikis
manusia.
Segi segi khusus itubermacam-macam,
antara lain :
1) Psikologi Perkembangan (Genetis).
Psikologi ini menguraikan tentang
perkembangan kegiatan psiko
manusia sejak kecil hingga dewasa.
Psikologi perkembangan terbagi dalam :
a) Psikologi
Anak.
b) Psikologi Remaja.
c) Psikologi Dewasa/ umum.
d) Psikologi Orang tua.
2) Psikologi Kepribadian .
Psikologi ini menguraikan tentang
struktur kepribadian manusia sebagai
suatu
keseluruhan, serta mengenai
jenis/tipe kepribadian.
3) Psikologi Sosial.
Psikologi ini menguraikan tentang
kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya
dengan situasi-situasi
sosial, seperti situasi kelompok , situasi
massa dan sebagainya.
4) Psikologi Pendidikan.
Psikologi ini menguraikan dan menyeli-
diki kegiatan-kegiatan manusia
dalam
situasi pendidikan.
5) Psikologi Diferensial dan Psikologi
Diagnostik.
Psikologi ini menguraikan tentang
perbedaan-perbedaan antar individu
dalam kecakapan, intelegensi,
ciri-ciri
kepribadian lainnya.
6) Psiko Patologi.
Psikologi
ini menguraikan tentang
kegiatan manusia yang berjiwa abnormal.
Psikologi Khusus ini sebenarnya masih
berkembang terus menerus dan dapat
ditambah lagi seperti Psikologi
Kriminal
dan sebagainya.
3.
Metode Psikologi Sosial.
Untuk
mempelajari metode Psikologi Sosial tidak begitu sulit. Karena metode yang
digunakan pada dasarnya sama dengan metode-metode Psikologi.
Pada
ilmu jiwa sosial dewasa ini digunakan metode empiris yang masing-masing
memenuhi syarat objektivitas, ketelitian dan kepastian.
Psikologi
sosial selain menggunakan metode-metode psikologi, juga menggunakan
metode-metode sosiologi tertentu.
Beberapa metode yang biasa digunakan dalam
Psikologi Sosial sebagai berikut :
a. Metode Eksperimen.
Wilhelm Wundt, yang pertamakali memakai
dan
mendasarkan metode ini untuk Psikologi
secara ilmiah, menetapkan beberapa syarat
tertentu yang harus dipenuhi oleh eksperimen
psikologi.
1) Kita harus dapat menentukan dengan tepat
saat terjadinya gejala yang ingin kita
selidiki.
2) Kita harus dapat mengikuti
berlangsungnya
gejala yang ingin kita selidiki dari awal
sampai akhir dan harus diamati dengan
perhatian khusus.
3) Tiap-tiap observasi (Pengamatan) harus
dapat kita ulangidalam keadaan yang sama.
4) Kita harus dapat mengubah dengan
sengaja syarat-syarat keadaan
eksperimen.
b. Metode Survei.
Pada metode ini penyelidik mengumpulkan
keterangan
sebanyak-banyaknya/seluas-
luasnya mengenai kelompok tertentu yang
ingin dia selidiki.
Biasanya survei itu diadakan dengan
menggunakan:
Wawancara, Observasi dan
Angket sebagai alat untuk mengumpulkan
data /keterangan.
c. Metode Diagnostik-Psikis.
Dalam mengumpulkan keterangan-keterangan
empiris mengenai objek penelitian psikologi
dengan lebih mendalam, cukup dirumuskan
dalam
Daftar Pertanyaan (Angket) yang
disebarkan, pertanyaan dijawab dengan
sejujur-jujurnya.
4.
Kebutuhan Manusia dan Proses Interaksi
Sosial.
Kepribadian
merupakan organisasi dinamis dari sistem Psiko-Fisik dalam individu yang turut
menentukan cara-cara yang khas dalam menyesuaikan dirinya terhadap
lingkungannya.
Pribadi
manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan/kesatuan tanpa
sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya.
Individu
memerlukan hubungan dengan lingkungannya yang menggiatkannya, merangsang
perkembangan atau memberikan suatu yang ia perlukan.
Social
Psychology/Psikolog Sosial yaitu :
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan
antara dua/lebih individu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu
mempengaruhi individu yang lain, atau sebaliknya.
5.
Situasi Kelompok Sosial.
Rumusan
umum mengenai kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas
dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial.
Kelompok
sosial mirip dengan situasi massa, karena itu banyak melibatkan orang dalam
suatu organisasi.
a.
Ciri-ciri Kelompok.
1) Adanya dorongan (motif) yang sama
pada individu yang menyebabkan
terjadinya interaksi kearah
tujuan yang
sama.
2) Adanya interaksi yang berlainan
terhadap individu yang satu
dengan
yang lain, berdasarkan reaksi dan
kecakapan yang berbeda antar
individu
yang terlibat didalamnya,
sehingga
terbentuk kelompok sosial dengan
ciri-
ciri yang khas.
3) Pembentukan struktur organisasi
terdiri
atas peranan kedudukan yang
lambat
laun berkembang dengan sendirinya
dalam usaha mencapai tujuan.
4) Terjadinya penegasan dan tingkah
laku
anggota kelompokyang mengatur
interaksi dan kegiatan kelompok
dalam
merealisasi tujuan kelompok.
Keempat ciri-ciri utama kelompok sosial
ini, membedakan bentuk interaksi sosial lainnya.
b. Norma-norma Kelompok.
Dengan terbentuknya struktut interaksi
kelompok, maka terbentuklah norma
tingkah laku yan khas antara anggota-
anggota kelompok.
Yang dimaksud dengan norma kelompok,
yaitu pedoman untukmengatur
pengalaman dan tingkah laku individu
dalam berbagai situasi sosial.
6.
Pembentukan Norma Sosial.
Norma kelompok dan norma sosial tidak akan
timbul dengan sendiriya, tetapi terbentuk didalam interaksi sosial antar
individu dalam kelompok sosial.
Norma sosial senantiasa terjadi bersamaan
dengan adanya interaksi manusia di dalam kelompok.
Pengertian kelompok bukan berarti sejumlah
manusia saja, mnelainkan sejumlah manusia yang terdorong oleh tujuan bersama
yang tidak meninggalkan norma, pedoman, maupun tingkah laku anggota kelompok.
Norma sosial merupakan proses interaksi dari
kelompok, yang dapat juga dikatakan norma kelompok.
Norma sosial merupakan pedoman dari
tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok dalam proses interaksi sosial.
Dinamika kelompok yaitu hasil analaisis
dari hubungan-hubungan kelompok yang berdasarkan prinsip, bahwa tingkah laku
dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antar
individindividu dalam situasi sosial.